RSS

Untitle

Jelaskan padaku mengapa semua jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil di otakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku.
Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai mengusai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin, aku jatuh cinta. Entah kamu.
Semua kulakuan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Hingga perasaanku yang tidak peka tetap saja tak peduli pada gerak-gerikmu yang jarang tertangkap oleh sorot mataku. kamu pandai menyembunyikan banyak hal hingga kutak memahami yang sebenarnya terjadi.
Aku tidak bisa melupakanmu…. sungguh! Aku selalu ingat caramu menatapku. Kerutan matamu yang aneh, namun tetap terlihat memesona dalam pandanganku. Hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja diciptakan untuk tidak dilupakan. Tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.
Kita jarang punya kesempatan berbicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, “dibuat senyum”
Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu menulisnya tanpa perasaan, hanya untuk merespon perkataanku saja.
Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu teka-teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kautunjukkan padaku. Aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak hanya kaukatakan untukku. Aku takut memercayai perhatian sederhanamu yang kauperlihatkan secara terselubung. Aku takut. Aku takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga adalah hal yang salah di matamu.
Ketahuilah, Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul otakku, seperti asap rokok yang menggantung di udara; kamu seakan-akan nyata. Aku tak percaya, ternyata kita bisa melangkah sejauh ini. Dan, selama ini juga, aku tak pernah berani mengatakan satu hal yang mungkin mengagetkanmu; aku mulai menyukaimu.
di antara rindu yang selalu gagal kuungkapkan
di dalam rasa canggung yang belum kupahami
tolong… jangan pergi.

Menatap Bayanganku Dalam Cermin

Terlalu lama aku menatap diriku dalam cermin,
hingga aku lupa langkahku terhenti
oleh bayangan diriku sendiri.
Kini...tak ada satupun
yang dapat kusalahkan
atas ketidak berdayaanku, 

bahkan bayanganku tersenyum mengejek,
biarlah...mungkin dengan begitu
aku bisa lebih bangkit untuk memperbaiki
keadaan hidup, baik dari dalam maupun dari luar diriku.
 


                    Entahlah...kurasa selama, aku masih hidup, 
                    aku masih bisa memperbaiki semuanya, 
                    mengukir namaku sendiri, 
                    bukan hanya di nisan-nisan yang enggan dilirik orang, tapi
                    bisa menjadi prasasti yang tiada ternilai harganya. 



Mm...masih saja menjadi penghayal.
Tapi apa salahnya memiliki impian..
“Ah.....itu terlalu muluk,
huh.....hidup itu harus realistis, 

jangan terlalu idealis, jangan pesimis, tapi lebih sedikit optimis”
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Djalall khid All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates